Selasa, 08 September 2015

Berita Bola RD: Gaji Tentara Tidak Sebesar Sepakbola, tapi Aman Seumur Hidup

Berita Bola RD: Gaji Tentara Tidak Sebesar Sepakbola, tapi Aman Seumur Hidup

sumber berita RD: Gaji Tentara Tidak Sebesar Sepakbola, tapi Aman Seumur Hidup : http://detik.feedsportal.com/c/33613/f/656101/s/49a879a7/sc/3/l/0Lsport0Bdetik0N0Csepakbola0Cread0C20A150C0A90C0A80C150A90A50C30A132660C760Crd0Egaji0Etentara0Etidak0Esebesar0Esepakbola0Etapi0Eaman0Eseumur0Ehidup/story01.htm
Jakarta - Rahmad Darmawan memaklumi keputusan banyak pemain yang ikut pendidikan tentara karena industri sepakbola yang tak kunjung memberi jaminan masa depan. Meski tidak wah secara finansial, jadi tentara disebutnya memberi jaminan seumur hidup.

"Mereka (pemain) tentu terkejut dengan penghentian kompetisi yang mendadak itu. Sehingga mereka berpikir tentang masa depan yang pasti dan menjanjikan, walaupun dari segi finansial tidak se-wah ketika main bola. Tapi itu bisa dia dapatkan seumur hidup. Dan menurut saya dengan kondisi ini, Indonesia tidak salah," kata Rahmad.

Ada tujuh mantan penggawa timnas memutuskan ikut pendidikan tentara. Keputusan tersebut diambil Ravi Murdianto, Manahati Lestusen, Dimas Drajad, M Abduh Lestaluhu, Wawan Febriyanto, Ahmad Noviandani, dan Teguh Amirudin dalam kondisi kompetisi sepakbola di Indonesia terhenti. Sejak PSSI dibekukan Menpora pada 17 April lalu, dan FIFA menjatuhkan sanksi, nasib kompetisi domestik Indonesia masih jadi tanda tanya besar.

"‎Kita tahu, bahwa Indonesia lagi terus mencoba belajar menjadikan sepakbola sebagai industri, memang ada beberapa kekurangan. Makanya ketika ada satu pilihan, yang akhirnya membuat pemain mengambil kesempatan untuk memastikan ‎masa depannya. Saya pikir itu baik," lanjutnya dalam perbincangan dengan detikSport.

RD sendiri punya latar belakang tentara. Di tahun 1990 dia dapat tawaran masuk PS ABRI. Pria kelahiran 26 November 1966 itu masuk sekolah perwira militer wajib di Matra Laut, dia kini berpangkat Kapten Angkatan Laut.

Pemain memutuskan menjadi tentara disebutnya bukanlah hal yang luar biasa. Di tahun 90-an (era perserikatan), sepakbola disebutnya belum bisa dijadikan sebagai sandaran hidup, bahkan untuk sebuah profesi. Karenanya banyak pemain yang double job.

"Saya sendiri pernah menjadi karyawan bank, sebelum masuk menjadi militer. Karena saat itu sepakbola belum membuat kami menjadi sandaran untuk profesi kita," ungkap RD. Next

Nuhun for visit RD: Gaji Tentara Tidak Sebesar Sepakbola, tapi Aman Seumur Hidup

Tidak ada komentar:

Posting Komentar