Senin, 07 September 2015

Berita Bola Pesepakbola Jadi Tentara, Menpora Enggan Dikait-kaitkan dengan Ketiadaan Kompetisi

Berita Bola Pesepakbola Jadi Tentara, Menpora Enggan Dikait-kaitkan dengan Ketiadaan Kompetisi

sumber berita Pesepakbola Jadi Tentara, Menpora Enggan Dikait-kaitkan dengan Ketiadaan Kompetisi : http://detik.feedsportal.com/c/33613/f/656101/s/49a6ada7/sc/26/l/0Lsport0Bdetik0N0Csepakbola0Cread0C20A150C0A90C0A80C10A0A30A10C30A128590C760Cpesepakbola0Ejadi0Etentara0Emenpora0Eenggan0Edikait0Ekaitkan0Edengan0Eketiadaan0Ekompetisi/story01.htm
Jakarta - Ketika sudah setengah tahun tidak ada kompetisi, sejumlah eks pemain timnas U-23 mengikuti tes menjadi tentara (dan lulus). Apa komentar Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi?

Sebanyak tujuh pemain -- Ravi Murdianto, Manahati Lestusen, Dimas Drajat, M. Abduh Lestaluhu, Wawan Febriyanto, Ahmad Noviandani, Teguh Amirudin-- dinyatakan lulus dari ujian masuk barak tentara, dan selanjutnya akan menjalani pendidikan selama lima bulan. Pemain lain yang sempat mengikuti tes tersebut, Adam Alis, memutuskan mundur karena mendapat tawaran dari klub luar negeri.

"Saya mengapresiasi orang-orang yang berprestasi di bidang olahraga, pemuda, paskibraka, dan sepakbola. Saya kira harus ada usaha untuk mendorong mereka kepada cita-cita yang lain," ujar Imam kepada detiksport di kantor Kemenpora kemarin (7/9/2015).

"Mungkin saja menjadi sepakbola itu hanya sasaran antara, tapi lebih dari itu mungkin saja ada cita-cita kecil dari keluarga, atau orang tua yang mendorong itu. Entah jadi tentara, pengusaha, dan sebagainya. Ruang itulah yang harus dibuka selebar-lebarnya kepada atlet kita. Tidak hanya untuk sepakbola, tapi juga atlet lain yang bercita-cita untuk melanjutkan mimpinya ke lebih tinggi," sambungnya.

Imam pun teringat dengan cita-cita negara yang hingga kini belum bisa merealisasikan wacana dana pensiun untuk atlet atau olahragawan (berprestasi). Wacana itu, katanya, masih terganjal UU No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional dan Peraturan Presiden No. 44 Tahun 2014, sehingga perlu adanya landasan peraturan tersendiri.

"Maka itu, atlet 'kan masih ada peluang untuk menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil). Ini karena penilaian PNS itu sudah sama satu dengan yang lain. Jadi, seakan-akan tidak ada porsi untuk atlet berprestasi. Karena itu ke depan saya kira bisa dibicarakan lagi untuk ke depan seperti apa. Supaya ada slot khusus untuk atlet pemuda maupun anak negeri yang berprestasi agar bisa melanjutkan cita-cita mereka."

Ketika disinggung, apakah fenomena tersebut merupakan imbas dari vakumnya kompetisi di Indonesia, yang tidak ada sejak awal 2015 dan lebih-lebih setelah PSSI dibekukan per April lalu, Menpora mengelak.

"Ya, jangan disangkut-sangkutin ke situ dong," jawabnya seraya tersenyum.
Nuhun for visit Pesepakbola Jadi Tentara, Menpora Enggan Dikait-kaitkan dengan Ketiadaan Kompetisi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar